https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Suara Petani

Usai Pidato Presiden, Jonly Sindir Kelakuan Pengusaha Sawit

Usai Pidato Presiden, Jonly Sindir Kelakuan Pengusaha Sawit

Ketua DPW SAMADE Sumsel, Jonly Sirait, saat berbicara di TVRI Sumsel. (Foto Tangkapan Layar)


Palembang, elaeis.co - Para petani sawit swadaya, termasuk Jonly Sirait (60) dari Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan, sangat bersyukur melihat kearifan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akhirnya mencabut larangan ekspor minyak goreng (migor) dan bahan baku migor.

Namun selain bersyukur, Ketua DPW Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE) ini menyempatkan diri untuk menyindir kelakukan para pengusaha sawit di berbagai daerah di Indonesia.

"Kebijakan larangan ekspor belum berlaku saja, mereka para pengusaha itu sudah gampang kali menurunkan harga pembelian tandan buah segar (TBS) produksi petani sawit swadaya," kata pria asal Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, ini kepada elaeis.co, Jumat (20/5/2022).

Saat kebijakan itu berlaku, harga TBS makin tak karu-karuan. Namun anehnya, kata Jonly, saat kebijakan larangan ekspor itu dicabut, harga TBS naiknya merayap.

Ia jadi ingat saat Menteri Perdagangan M  Lutfi berencana menerapkan kebijakan domestic market obligation dan domestic price obligation (DMO-DPO), harga TBS petani juga anjlok.

"Petani sawit swadaya yang selalu dikorbankan para pengusaha sawit. Padahal, saya ingat benar, petani sawit swadaya justru sebagai pihak yang selalu mau diarahkan berjuang membela sawit dari penilaian negatif atau black campaign," kata Jonly.

Ia lalu mengingat serangan pihak Uni Eropa sekitar empat tahun yang lalu yang menuduh sawit dari Indonesia tidak sustainable, merusak lingkungan dan memusnahkan flora dan fauna.

Kata dia, saat itu tekanan Uni Eropa begitu dahsyatnya. Bahkan ia ingat NGO internasional bernama Green Peace juga turut menekan Indonesia.

"Kami para petani swadaya merasakan dampak serangan itu. Tapi kami mau bela sawit. Kami kampanye melawan black campaign pihak Uni Eropa. Bahkan saat itu kami demo ke kantor Green Peace di Jakarta," kata Jonly.

Tapi anehnya, tidak ada satu pun pengusaha sawit yang mau ikut melawan black campaign itu, tak ada yang mau ikut menentang sikap Green Peace.

"Tapi ya itulah, mungkin memang kekgitu pengusaha atau pedagang, cari aman saja,"  sindir Jonly.

Jonli Sirait tak berhenti menyindir pengusaha sawit. Kata dia, setelah dicabut kebijakan larangan ekspor oleh Presiden Jokowi, para pengusaha sawit diyakini bakal untung banyak.

Para pengusaha sawit itu telah membeli TBS petani dengan harga sangat murah sehingga stok minyak sawit pengusaha menjadi banyak.

Dan kini, kata Jonly, pengusaha sudah siap-siap mengekspor minyak sawit dan produk turunannya yang melimpah ruah.

"Beli dari petani dengan harga murah, jualnya ke luar negeri mahal. Untung banyak mereka itu, mereka mendapat untung yang berlipat meledak meletup. Saya yakin mereka pasti senyum-senyum di Singapura," sindir Jonly.   

Namun ia memilih untuk pasrah. Baginya, dicabut saja kebijakan larangan ekspor itu sudah sangat berarti baginya.

Yang penting, kata Jonly, TBS dari kebun sawitnya bisa laku kembali dijual ke pabrik sawit.

"Tapi biarlah. Aku sebagai petani swadaya sudah senang ekspor diizinkan. Aku berharap buah sawitku laku. Mudah-mudahan harganya naik, dan di masa depan, petani sawit swadaya tidak dikorbankan lagi," tegas Jonly Sirait.

Komentar Via Facebook :