Berita / Sumatera /
Waduh, Semburan Gas di Ponpes Pekanbaru Berubah Jadi Lumpur
Pekanbaru, Elaeis.co - Semburan gas dari dalam tanah di sekitaran perusahaan gas EMP Bentu dari SKK Migas, tepatnya di Pesantren Al Ihsan Kota Pekanbaru berubah jadi lumpur. Bahkan, warga sekitar mendengar ledakan yang sangat kuat hingga mengakibatkan batu-batu dari dalam tanah berterbangan.
Pantauan di lapangan, Jumat (5/2), kondisi bangunan pesantren sudah lukuh lantak tidak bisa digunakan lagi. Sebagian atap sudah roboh akibat tertimpa batu dan debu berwarna abu-abu mirip abu vulkanik.
Sebagian bangunan lainnya ada yang masih utuh namun tertutupi debu. Di dalam gedung juga bertaburan batu-batu warna abu-abu yang terbentuk dari debu itu.
Jalanan sekitaran pesantren tidak lagi kuning seperti sedia kala. Kini, warna abu-abu mendominasi bangunan, jalanan, serta pepohonan di sekitaran semburan gas. Pohon sawit dengan jarak puluhan meter dari sumur gas juga mati.
Jarak antara lokasi lubang gas yang bersumber dari pengeboran sumur itu milik pesantren itu tak jauh dari sumur gas milik perusahaan EMP Bentu. Tampak plang bertuliskan berbahaya yang dipasang pihak perusahaan di sekitaran lokasi.
"Iya, sudah menjadi lumpur sekarang. Kemarin hanya gas yang keluat, sekarang sudah semakin parah," kata Kadis Kominfo Pemprov Riau Chairul Riski.
Tria (26), salah satu warga yang berdomisli tak jauh dari sumur gas mengaku kaget mendengar ledakan pada Kamis (4/2) malam sekitaran pukul 20.00 Wib.
"Kami dengar ledakan semalam kuat kali, dari habis shalat Isya, sampai tengah malam. Kuat lah kayak mercon, batu-batu itu ke atas, makanya kami gak tidur sini, takut meledak," kata Tria.
Tria bersama keluarganya terpaksa mengungsi sejak malam tadi ke rumah saudaranya yang jauh dari lokasi. Mereka berharap pemerintah dan perusahaan gas yang beroperasi di sekitar lokasi segera menyelesaikan persoalan gas tersebut.
"Kami ramai-ramai mengungsi karena takut. Kami ke rumah saudara, kalau rumah kami dekat di sini. Mudah-mudahan pemerintah cepat menyelesaikan masalah ini," harapnya.
Tria sempat merasa sesak nafas akibat debu-debu yang berterbangan ke dalam rumahnya. Dia khawatir kejadian itu berakibat fatal bagi keluarganya dan warga lainnya.
"Tadi malam nafas kami sesak juga karena debunya ngeri kali. Sampai sekarang kami masih menggungsi. Ada sekitar 10 KK (Kepala Keluarga) kami mengungsi," katanya.
Komentar Via Facebook :