https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Wahhh..., BPDPKS Jadi Omongan di Pertemuan 7 Dubes Eropa

Wahhh..., BPDPKS Jadi Omongan di Pertemuan 7 Dubes Eropa

Suasana pertemuan 7 Dubes Eropa dengan Apkasindo, GAPKI, Kemenko Ekonomi dan KSP di Kebayoran Baru, kemarin. foto: ist


Jakarta, elaeis.co - Wajah-wajah para Duta Besar (Dubes) Eropa itu nampak sumringah setengah mendengar panjang lebar omongan lelaki 49 tahun itu, saking semangatnya, mereka langsung oke diajak untuk turun langsung menengok cara petani kelapa sawit indonesia mengurusi kebunnya. 

“Ini jauh lebih insightful ketimbang cuma membaca laporan di balik meja masing-masing,” wajah Dubes Norwegia, Rut Kruger Giverin, sumringah memandang Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) itu. 

Perwakilan Dubes Belanda Joost Hendrik Van Uum malah mengatakan bahwa keterangan Gulat Medali Emas Manurung tadi membikin mereka sadar bahwa sawit itu teramat penting bagi petani. 

“Dengan keberagamannya, petani sawit itu menjadi bagian penting dari sawit Indonesia yang harus kita dukung,” ujarnya.  

Kemarin, Amsterdam Declarations Partnership (AMP) yang beranggotakan 9 negara itu sengaja mengundang Apkasindo dan para pihak ngobrol soal keberlanjutan sawit Indonesia dan dunia di kawasan Kebayoran Baru Jakarta. 

Dari 9 anggota tadi, ada tujuh duta besar yang hadir. Selain Rut dan Joost, ada juga Dubes Denmark Lars Bo Larsen, Dubes Spanyol Francisco De Asis Aguilera, Dubes Jerman Ina Lepel, Dubes Uni Eropa Vincent Piket dan perwakilan Dubes Belgia. 

Apkasindo sendiri ditemani oleh Deputi II Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Musdalifah Mahmud, Deputi III Kantor Staf Presiden Panutan Sulendrakusuma, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono bersama Lolita Bangun. 


Ada juga IDH The Sustainable Trade Initiative Fitrian Ardiansyah, dan Partnership For Indonesia Sustainable Agriculture, Insan Syafaat. 

“Kami percaya bahwa tiga tiang utama keberlanjutan kelapa sawit itu adalah ekonomi, sosial dan lingkungan. Tiga aspek ini adalah satu kesatuan dan tak bisa dipisahkan. Kami ada sebagai penopang utamanya,” begitu Gulat memulai uraiannya. 

Doktor ilmu lingkungan Universitas Riau ini tak sendirian datang ke acara itu. Dia ditemani Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Apkasindo, Rino Afrino dan Goldameir Mektania.

Nah, selama ini kata Gulat, petani sawit sudah memikirkan aspek keberlanjutan itu dalam praktek berkebun sehari-hari. Standarisasi pemerintah sudah diikuti dengan panduan dan benchmark yang jelas. 

“Itu kami lakukan lantaran ke depan, kami bermimpi untuk bisa setara dengan korporasi, seperti yang diarahkan dan diharapkan oleh Ibu Musdalifah,” kata Gulat sambil memandang perempuan itu. Yang dipandangpun sumringah. 

Saking konsennya dengan keberlanjutan itu kata Gulat, mereka enggak kepikiran dan bahkan sudah sepakat untuk tidak menambah luasan kebun lagi, tapi justru  menjalankan pola perkebunan intensifikasi. 

Dan petani sawit Indonesia tak bertepuk sebelah tangan untuk itu. Sebab Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) langsung all out mendukung lewat program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). 

“Ikut PSR, berarti kami sudah ikut yang namanya program Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Sebab semua syarat ISPO ada di dokumen PSR. Asal tahu saja, tak hanya PSR yang didukung BPDPKS, tapi juga peningkatan SDM petani sawit,” makin panjang lebar Gulat mengurai.

“Sembari kami menjalankan segala program itu, kami sebenarnya ingin juga berkomunikasi dengan petani sawit di negara lain untuk menselaraskan pengetahuan dan pandangan masing-masing soal keberlanjutan. Kami sadar, plus minus pemahaman masing-masing negara soal keberlanjutan ini pasti ada, dan kami ingin belajar dari sisi positif nya,” ujar Gulat.

Tapi sebelum ke sana kata dia, ada baiknya para Dubes dan peserta pertemuan mau berkunjung ke kebun petani yang ada di Riau, Sumatera Utara, Kalimantan Tengah, atau Papua Barat. 

“Biar bapak dan ibu bisa menengok lebih jelas kebun kami dan hidup kami sebagai petani sawit yang sangat menjunjung ketiga konsep yang saya bilang tadi,” ajakan Gulat ini langsung disambut sumringah para dubes tadi. 

“Saya sangat mengapresiasi pertemuan ini untuk saling terbuka, saling membutuhkan dan memandang sawit sebagai tanaman yang sangat produktif dalam menopang dan menyediakan sumber energi selain pangan,” Gulat memastikan. 

Sebelumnya, Musdalifah sudah menjabarkan kalau komitmen pemerintah Indonesia soal keberlanjutan sudah jelas. Itulah makanya pemerintah membikin aturan main soal ISPO hingga Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan. 

Dari smeua program itu, pemerintah tetap mempertimbangkan sederet aspek sebagai tolak ukur keberhasilan; sosial, ekonomi, dan lingkungan.

Sementara dari sudut pandang pebisnis, Joko Supriyono menjelaskan bahwa GAPKI juga sudah mengikuti standard ISPO bahkan RSPO. 

"Sebagai bagian dari industri dunia, GAPKI juga menggalakan kemitraan dengan petani sawit sebagai salah satu dominasi di sektor hulu,” katanya.
 

Komentar Via Facebook :