Berita / Bisnis /
Wow! Harta Karun Langka di Indonesia Berharga Rp 1,7 M/Ton
Jakarta, Elaeis.co - Kini batu bara merupakan salah satu komoditas yang tengah menjadi primadona. Pasalnya, tengah mengalami lonjakan harga signifikan dan bertahan dalam waktu cukup lama.
Bahkan, kini harga batu bara masih bertahan di atas US$ 160 per ton. Pada perdagangan Selasa (24/08/2021) di pasar ICE Newcastle (Australia), harga batu bara tercatat US$ 164 per ton, melonjak 1,08% dibandingkan sehari sebelumnya.
Pada 16 Agustus 2021, harga batu bara bahkan mencetak rekor tertinggi setidaknya sejak 2008, yakni mencapai US$ 169,75 per ton.
Dengan asumsi kurs Rp 14.500 per US$, maka harga batu bara tertinggi tersebut mencapai sekitar Rp 2,46 juta per ton.
Meski batu bara tengah berada di posisi tertingginya, namun ternyata masih ada komoditas lainnya yang harganya jauh berlipat-lipat dibandingkan emas hitam ini. Komoditas yang dimaksud adalah logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element.
Komoditas ini dinamai logam tanah jarang karena didasarkan pada asumsi yang menyatakan bahwa keberadaan logam tanah jarang ini tidak banyak dijumpai. Namun pada kenyataannya, LTJ ini melimpah, melebihi unsur lain dalam kerak bumi.
Logam tanah jarang (LTJ) ini merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk "critical mineral" yang terdiri dari 17 unsur, antara lain scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).
Adapun cadangan logam tanah jarang terbesar dunia terdapat di China. Selain penyimpan logam tanah jarang terbesar di dunia, China juga merupakan produsen LTJ terbesar di dunia.
Tak ayal, bila harga jual dari logam tanah jarang tersebut menggunakan indeks mata uang China, yuan.
Adapun salah satu unsur logam tanah jarang yang dijual di pasar yaitu neodymium (Nd). Mengutip tradingeconomics, neodymium adalah bahan magnet permanen terkuat yang pernah ditemukan. Ini banyak digunakan di mikrofon, pengeras suara profesional, headphone, hard disk komputer, kendaraan listrik, dan juga generator.
Ini adalah mineral tanah jarang yang sebagian besar diekstraksi di China, Amerika Serikat, Brasil, India, Sri Lanka, dan Australia.
Mengutip tradingeconomics, harga neodymium di pasar pada Rabu (25/08/2021) tercatat sekitar 770.927 yuan China (CNY) per ton atau setara Rp 1,71 miliar per ton (asumsi Rp 2.221 per CNY).
Harga neodymium ini terlihat meningkat sejak awal 2021 di mana pada awal tahun harga berada di kisaran CNY 620.551 atau sekitar Rp 1,38 miliar per ton. Bahkan, pada Oktober 2020 harganya hanya sekitar CNY 423.810 atau sekitar Rp 941 juta per ton.
Indonesia ternyata juga memiliki sumber daya logam tanah jarang ini, namun sayangnya belum dikembangkan hingga saat ini. Padahal, kalau ini dikembangkan, tentunya bisa mendongkrak perekonomian negeri ini.
Berdasarkan buku "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batu Bara dan Panas Bumi Badan Geologi Kementerian ESDM pada 2019, sumber daya logam tanah jarang yang berhasil diteliti di beberapa wilayah tercatat setidaknya mencapai 72.579 ton, berasal dari endapan plaser dan endapan lateritik.
Endapan plaser ini banyak dijumpai pada lokasi kaya sumber daya timah seperti di Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, dan selatan Kalimantan Barat.
Sementara untuk endapan lateritik terdapat di beberapa wilayah seperti Parmonangan, Tapanuli, Sumatera Utara, Ketapang, Kalimantan Barat, Taan, Sulawesi Barat, dan Banggai, Sulawesi Tengah. CNBC Indonesia
Komentar Via Facebook :