Berita / Nusantara /
Direktur Jenderal FAO Diajak Lihat Sawit Riau, ini Tujuannya
Jakarta, elaeis.co – Seusai menyerahkan penghargaan Agricola Medal dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (Food and Agriculture Organization/FAO) kepada Presiden RI Jokowi, Jumat (30/08) di Jakarta, Direktur Jenderal FAO, Qu Dongyu didampingi Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, bersama Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma serta Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, melakukan kunjungan ke Provinsi Riau. Salah satu lokasi yang didatangi rombongan yakni perkebunan kelapa sawit.
Saat memberikan penghargaan, Qu Dongyu sempat mengatakan Indonesia menunjukkan perkembangan pesat dalam transformasi sistem pertanian dengan mengimplementasikan prinsip pengembangan pertanian berkelanjutan di saat dunia sedang menghadapi berbagai tantangan global seperti pandemi covid-19.
Baca juga: 15 Perusahaan di Riau Bukukan Kenaikan Harga Jual CPO, Tiga Lainnya Turun
Sebagai informasi, prinsip keberlanjutan juga diterapkan pada pengembangan kelapa sawit di Indonesia. Tata Kelola Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan menjadi komitmen Pemerintah dalam meningkatkan daya saing kelapa sawit di pasar dunia. Industri kelapa sawit mempunyai peran yang sangat strategis sebagai salah satu penghasil terbesar devisa negara. Selain itu industri kelapa sawit dapat menyerap tenaga kerja dan penggerak sektor perekonomian rakyat.
Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto mengatakan, saat ini industri kelapa sawit memberikan kontribusi yang sangat besar. Dengan luas mencapai 16,38 juta hektar, sektor sawit mampu menghasilkan 48 juta ton CPO yang dimanfaatkan sebagai pangan, bahan kimia/oleokimia, dan bahan bakar terbarukan/biodiesel dalam negeri maupun luar negeri.
Baca juga: Harga TBS Sawit Mitra Swadaya di Riau Naik, Tertinggi Rp 3.016,28/Kg
“Ke depannya tantangan pembangunan kelapa sawit nasional bukan hanya soal produktivitas sawit, namun bagaimana kita harus terus meningkatkan dan menjaga konsistensi, kuantitas, kualitas, serta kontinuitas. Selain itu, pemenuhan standar ISPO menjadi perhatian dunia dalam aspek keberlanjutan yang tentu sangat mempengaruhi daya saing kelapa sawit di dunia Internasional,” jelas Heru dalam keterangan resmi Ditjenbun, Minggu (1/9).
Peninjauan ke perkebunan kelapa sawit di Riau dimaksudkan untuk mengenalkan buah tandan, peralatan panen, dan proses panen. Kunjungan dilanjutkan ke Andalas Research Center untuk mengenalkan hasil-hasil penelitian produk perkebunan seperti obat hama, pupuk, dan sebagainya.
Baca juga: Ekspor Riau Anjlok, Dipengaruhi Turunnya Permintaan Minyak Sawit
Lokasi terakhir ke area konservasi untuk mengenalkan pengelolaan konservasi yang menjadi upaya melestarikan ekosistem alam, sekaligus menjaga kelestarian keanekaragaman hayati sebagai kontribusi dalam pengelolaan minyak sawit yang bertanggung jawab luas.
Sebagai informasi, pelaku usaha perkebunan kelapa sawit saat ini fokus pada pencapaian tujuan dan strategi keberlanjutan tahun 2024 melalui Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) sebagai upaya menyelaraskan dengan Indikator Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Baca juga: Baru 30% Perusahaan Sawit di Riau Kantongi ISPO
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menjamin keberlanjutan perkebunan kelapa sawit Indonesia, dengan mengembangkan National Dashboard (ND) yang merupakan sebuah sistem informasi berbasis blockchain dalam menelusuri setiap rantai kelapa sawit dari hulu hingga hilir. Sistem ND nantinya sebagai database utama dalam mengintegrasikan informasi geolokasi dari e-STDB untuk petani kecil, dan Siperibun untuk perusahaan.
“Saya berharap pemangku yang memahami kondisi perkebunan kelapa sawit Indonesia dapat bersinergi dan turut serta berperan aktif mendukung program-program yang dilakukan pemerintah demi mendorong Tata Kelola Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan,” harap Heru.
Komentar Via Facebook :