Berita / Nusantara /
Formula Pupuk Subsidi Berubah, Ini Alasannya
Jakarta,elaeis.co - Di satu sisi, beruntung para peneliti di Kementerian Pertanian punya bos besar bernama Syahrul Yasin Limpo (SYL). Sebab sejak mantan Gubernur Sulawesi Selatan ini menjadi Menteri Pertanian, jerih payah para peneliti semakin dihargai.
SYL terang-terangan bilang bahwa pertanian Indonesia musti meningkat lewat inovasi yang salah satunya dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) nya.
Itulah makanya saat Balitbangtan mengusulkan formula NPK subsidi dibikin 15-10-12 saja --- tidak lagi 15-15-15 --- SYL langsung setuju. Sebab SYL sudah dapat bocoran kalau formula yang disodorkan itu adalah hasil updating kadar hara tanah untuk hara Pospat (P) dan Kalium (K) tanah sawah.
Yang membikin SYL lega, formula baru itu berketepatan pula disodorkan saat kondisi duit negara lagi cekak untuk mensubsidi pupuk. Dibilang cekak, lantaran sebelumnya anggaran pupuk subsidi masih sekitar Rp29,76 triliun, tahun ini turun menjadi sekitar Rp25,27 triliun.
Dengan duit segitu, pemerintah mau volume produksi pupuk subsidi sama dengan tahun lalu; sekitar 9,041 juta ton. Alhasil, satu waktu semua elemen yang terkait pupuk subsidi berkumpul lah di Kemenko Perekonomian.
Di sana, kelompok kerja Kemenko Perekonomian kemudian merumuskan bahwa ada tiga cara yang bisa dilakukan menambah volume pupuk dengan duit yang ada. Pertama, perusahaan pupuk musti bisa meningkatkan efisien produksi 5%.
Kedua, formula pupuk direformulasi dan ketiga, harga eceran pupuk subsidi selain NPK, dinaikkan. Soalnya sudah cukup lama harga eceran tidak naik. Untuk reformulasi pupuk tadi, disepakatilah bahwa formula 15-10-12, dipakai.
"Perubahan formula dari 15-15-15menjadi 15-10-12 itu, dasarnya banyak, enggak ujug-ujug atau dibuat-buat demi mencocokkan duit yang ada. Enggak lah," cerita Kepala Balai Penelitian Tanah, Ladiyani Retno Widowati, saat berbincang dengan elaeis.co, kemarin.
Perempuan yang akrab disapa Neno ini malah menyebut kalau formula 15-10-12 itu sebenarnya sudah disodorkan untuk dipakai pada 2013-2014 lalu, hanya saja, tahun lalu baru formula baru itu bisa diakomodir.
“Dengan formula tadi, kebutuhan tanah sudah terpenuhi dan target produksi per hektarnya antara 6-7 ton atau minimal sama dengan hasil yang didapat jika pakai pupuk dengan formula 15-15-15 tadi," kata doktor Soil Care & Management University of Gent, Belgia ini.
Kalau tetap bertahan dengan formula 15-15-15 kata Neno, volume pupuk subsidi yang bisa dihasilkan hanya sekitar 7,2 juta ton. Sementara dengan volume 9,041 juta ton saja, kebutuhan pupuk yang terpenuhi baru sekitar 40% dari 24,306 juta ton kebutuhan pupuk nasional.
Lebih dari 10 tahun lalu kata Neno, Balitbang sudah melakukan pemetaan tanah-tanah pertanian dan tahun 2017 lalu, tanah-tanah pertanian itu disupervisi lagi, khususnya lahan sawah intensifikasi yang ada di 23 provinsi sentra.
Hasilnya, ternyata tanah-tanah sawah itu sudah mengalami perubahan pengkayaan akibat frekwensi pemupukan yang dilakukan sejak lama.
Oleh rutinitas masa lalu, muncul tabungan hara pada tanah. Misalnya kadar hara Pospat (P). Dari hasil penelitian kata Neno, ada sekitar 79% lahan sawah menyimpan Pospat dalam porsi sedang hingga tinggi.
"Dugaan kami, keadaan ini tak lepas dari sejarah pemumpukan. Apalagi di jaman Pak Harto (Presiden Soeharto), sistim pemupukan single rekomendasi," terangnya.
Begitu juga dengan Kalium (K) yang mengalami perubahan peningkatan hampir 83%. Yang kadarnya sedang hanya kurang dari 17%. "Itupun pada tanah yang irigasinya kurang, sawah tadah hujan atau daerah rimut. Ini lantaran tidak dibudidayakan secara intensif," ujarnya.
Dari semua hasil penelitian itulah kata Neno makanya pihaknya bisa menyimpulkan bahwa kalau pupuk ditabur lagi dengan jumlah yang tinggi, tanah akan jenuh dan akan terus terjadi pemborosan. Sudahlah begitu, lama-lama lingkungan juga akan rusak oleh dampak kimia pada pupuk itu.
Biar ada panduan bagi pengambil kebijakan, buku acuan alokasi pupuk per kecamatan pun dibikin.
Kalau petani dan penyuluh ingin mendapatkan rekomendasi spesifik lokasi untuk tanaman padi, Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan Smart Soil Sensor Kit sudah ada, dalam 15 menit, petani sudah tahu kadar hara tanah sawahnya.
"Untuk rekomendasi pemupukan di lahan spesifik semacam itu, kita juga sudah menyiapkan tabel acuan pemupukan. Petani langsung bisa ngecek di tabel itu," terangnya.
Lantas seperti apa hasil dari formula 15-10-12 tadi? "Kami sudah melakukan ujicoba di beberapa lokasi, hasilnya malah lebih tinggi dari formula 15-15-15. Saya sempat kaget juga," katanya sambil menyodorkan table seperti yang tertera di bawah ini:
Komentar Via Facebook :