Pontianak, elaeis.co - Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan (Disbunak) Kalimantan Barat (Kalbar), Heronimus Hero, mengatakan hadirnya Bursa CPO Indonesia akan memberikan perubahan pada harga crude palm oil (CPO) di dalam negeri. 

"Dengan demikian, maka harga tandan buah segar (TBS) sawit petani juga akan terpengaruh harga yang ditetapkan dalam Bursa itu," katanya.

Sebelumnya, Kemendag RI resmi melaunchingkan Bursa CPO Indonesia, yang diharapkan akan menjadi acuan harga CPO di Indonesia. Program ini akan berjalan pada 23 Oktober 2023 mendatang.

"Pasti akan mempengaruhi. Tentu sesuai dengan pola saham," ujar Hero kepada elaeis.co, Senin (16/10).

Hero mengatakan harga pasti akan berbeda dengan patokan Malaysia dan Rotterdam milik Belanda. Yang pasti harga TBS akan mengikuti pergerakan harga CPO tadi.

"Jika naik, harga TBS pasti akan ikut menguat. Begitu sebaliknya jika lemah harga TBS juga akan menurun," jelasnya.

Pengaruh ini, kata Hero, lantaran perhitungan harga TBS akan menggunakan harga patokan CPO yang muncul. Kemudian juga disesuaikan dengan Indeks K dan inti sawit.

Prinsip penetapan harga kelapa sawit yang dilakukan Disbunnak Kalbar setiap minggunya sebagian besar berpatokan pada data yang disampaikan oleh perusahaan. Sedangkan untuk kehadiran perusahaan dalam penetapan tersebut tidak menjadi persoalan.

"Prinsipnya ketentuan penetapan harga harus dipatuhi semua, masalah kehadiran tidak menjadi faktor yang mempengaruhi. Yang penting data yang diperlukan dari perusahaan sudah masuk," ujarnya.

Dijelaskannya, data yang disampaikan oleh perusahaan tadi biasanya mewakili group. Artinya sejumlah perusahaan sudah diwakilkan dengan data yang disampaikan itu.

"Kendati begitu, keputusan rapat harus dipatuhi semua," tegasnya.

Di Kalbar terdapat 47 perusahaan kelapa sawit yang beroperasi. Perusahaan ini menjadi tim kelompok kerja penetapan harga TBS di wilayah itu.