Berita / Sumatera /
Kisah Hilang Penghasilan itu Berawal dari Kisruh Pengurus KUD
Subulussalam, Elaeis.co - Menjadi peserta Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), Mustafa Kamal (51), justru tiba-tiba kehilangan penghasilan.
Kebun sawit enam hektar miliknya di Desa Penuntungan, Kecamatan Penanggalan, Kotamadya Subulusalam, Aceh, dulunya menghasilkan sampai Rp10 juta sebulan. Tapi setelah di-replanting, dia tak punya penghasilan lagi sehingga terpaksa menjadi pemecah batu untuk menafkahi keluarga.
Kamal ikut PSR lewat KUD Semarak Jaya pada tahun 2018-2019. Tapi setelah sawitnya ditebang, Kamal malah kecewa karena semua program yang direncanakan tidak berjalan.
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) Kota Subulusalam, Ir Netap Ginting, mengaku menjabat sebagai Ketua KUD Semarak Jaya saat Kamal mendaftar PSR. Kamal, katanya, adalah satu dari puluhan peserta PSR yang diajukan KUD Semarak Jaya.
“Saya tahu persis KUD Semarak Jaya, termasuk proses ikut PSR. Mulai pendataan, RAB (Rancangan Anggaran dan Biaya), rekomendasi teknis, sampai pada pencairan dana PSR,” katanya, kepada Elaeis.co, Senin (23/8/2021).
Baca juga: Kehilangan Penghasilan, Peserta PSR Jadi Tukang Pemecah Batu
Setelah dana PSR ditransfer ke rekening masing-masing peserta PSR, lalu dikumpulkan ke rekening bersama atas nama KUD Semarak Jaya, gesekan antara sesama pengurus koperasi mulai muncul.
Menurut Netap, saat proses land clearing atau pembersihan lahan hendak dikerjakan secara profesional, tekanan dari para pengurus padanya makin kencang. Ia akhirnya memilih mengundurkan diri. “Ya sudahlah, kalianlah yang urus PSR ini. Itu saya katakan ke mereka yang terus menekan saya,” ungkapnya.
Posisi Netap lantas digantikan oleh Ngolu Manurung. Netap mengaku masih sedih dan sakit hati atas upaya penyingkirannya dari posisi Ketua KUD Semarak Jaya. “Sebab dari awal saya serius mengurus dan merancang PSR tersebut agar bisa dinikmati oleh semua petani sawit swadaya di Subulussalam,” katanya.
Meski sudah mundur, Netap mengaku tetap mengikuti perkembangan KUD Semarak Jaya dan mengetahui apa yang telah dialami oleh Kamal. “Sebenarnya bukan cuma dia yang menderita dengan pengurus baru sekarang, ada juga yang lain. Tapi mungkin cuma Kamal yang mau bersuara, bahkan mengajukan pengunduran diri sebagai peserta PSR,” bebernya.
Ngolu Manurung tidak merespon saat dihubungi Elaeis.co melalui telepon dan aplikasi pesan Whatsapp. Sementara Manajer KUD Semarak Jaya, Safari Barat, membantah semua pernyataan Netap terkait KUD Semarak Jaya dan Kamal.
Safari justru menyebutkan Netap tidak profesional dan tidak transparan dalam menjalankan proses PSR di KUD Semarak Jaya. Menurutnya, para pengurus dan Dewan Pengawas KUD Semarak Jaya tidak pernah dilibatkan atau diajak bermusyarah dalam menjalankan program PSR. Termasuk dalam proses penunjukan pihak ketiga untuk menjalankan proyek land clearing lahan peserta PSR.
“Padahal koperasi itu kan azasnya musyawarah untuk mencapai mufakat. Tapi itu tidak pernah dilakukan beliau,” kata Safari. Ia menilai semua pernyataan Netap hanya didasari rasa cemburu terhadap pencapaian positif KUD Semarak Jaya dalam menjalankan program PSR.
Meski begitu, Safari mengaku tetap menaruh rasa hormat kepada Netap, baik sebagai mantan Ketua KUD Semarak Jaya maupun sebagai Ketua APKASINDO Subulussalam. “Saya juga anggota beliau di APKASINDO,” ungkapnya.
Mengenai Kamal, Safari menegaskan bahwa KUD Semarak Jaya telah melaksanakan semua pekerjaan yang dipersyaratkan dalam PSR bagi semua peserta PSR. Tak terkecuali Kamal.
Dia menegaskan bahwa koperasi tidak pernah menjanjikan apapun di luar yang ditentukan dalam PSR. Pihaknya juga sangat mengharapkan seluruh peserta PSR untuk kreatif, termasuk dalam perawatan kebun sawit masing-masing.
Komentar Via Facebook :