Berita / Nasional /
Mahasiswa UGM Baru Tahu Kesulitan Petani Sawit Swadaya Saat Menjalani Proses Ini
Kota Arga Makmur, elaeis.co - Dua orang mahasiswa dari Jurusan Sosial Ekonomi (Sosek) Pertanian, Fakultas Pertanian (Faperta), Universitas Gajah Mada (UGM), akhirnya terbuka lebar pandangan dan pikiran akan nasib dan kehidupan para petani sawit swadaya.
Dalam hal ini 191 petani sawit yang tergabung dalam kelompok tani (poktan) Tunas Harapan yang ada di Desa Fajar Baru, Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.
Dua mahasiswa Faperta UGM yang dimaksud, seperti keterangan resmi yang dikutip elaeis.co , Senin, 26 Agustus 2024, bernama Khosyi Adam Surya Atmaja dan Muhammad Harya Kurniawan.
Keterbukaan pandangan dan pemikiran mereka tersebut terjado saat mereka menjalani proses kuliah kerja nyata (KKN) selama 50 hari, sejak 1 Juli hingga 19 Agustus 2024, di Desa Fajar Baru tersebut.
Kegiatan KKN ini berkaitan erat dengan beberapa poin dari Tujuan Pembangunan Berkalnjutan atau Sustainable Development Goals (SDG) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Terutama SDGs nomor 1 yaiti dalam upaya pengentasan kemiskinan, penguatan kerja sama dalam komunitas pertanian (SDGs 8), serta penggunaan inovasi dan teknologi untuk keinginan (SDGs 9).
Awalnya dalam proses KKN tetsebut, Khosyi Adam Surya Atmaja dan Muhammad Harya Kurniawan, menjalankan berbagai program pemberdayaan masyarakat.
Terutama yang fokus pada penguatan kelembagaan petani dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berbasiskan kelapa sawit.
Fokus utama KKN yang mereka lakulam adalah membantu para petani sawit di Desa Fajar Baru yang umumnya merupakan para transmigran dari Provinsi Jawa Tengah (Jateng), dalam memaksimalkan potensi pertanian dan mengatasi berbagai masalah sosial ekonomi yang dihadapi.
Salah satu inisiatif utama yang dilaksanakan adalah sosialisasi penggunaan pupuk organik dari limbah kelapa sawit dan digitalisasi pencatatan usahatani melalui program “PATRIOT GAMA”.
Selain itu, mereka juga memperkenalkan teknologi terbaru dalam pertanian dengan mengadakan sosialisasi penggunaan alat perangkap hama berbasis panel surya atau memanfaatkan energi matahari.
Khususnya pada lahan tumpangsari hortikultura pada perkebunan kelapa sawit, serta pelatihan pembuatan eco-enzyme dari sampah organik rumah tangga.
Nah, salah satu momen paling berkesan bagi Khosyi Adam Surya Atmaja dan Muhamad Harya Kurniawan adalah saat mereka berdiskusi secara intensif dengan Poktan Tunas Harapan.
Diskusi tersebut membuka pandangan mereka tentang berbagai tantangan yang dihadapi petani sawit swadaya, seperti masalah pemasaran tandan buah segar (TBS) produksi para petani.
Kemudian, masalah stabilitas harga TBS yang sangat rendah dan kesejahteraan para petani sawit sendiri.
Hasil dari diskusi ini akhirnya mendorong Khosy dan Hanya Kurniawan untuk menyusun kajian yerkait isu sosial ekonomi pertanian kelapa sawit.
Mereka berdua berharap kajian itu nantinya dapat membantu para petani sawit dalam mengaudiensikan permasalahan yang dihadapi pihak berwenang.
Komentar Via Facebook :