Berita / Dewandaru /
Negeri Ini Kesulitan Sapi
Sapi milik Wayan di peternakannya di Pangkalan Bun Kalimantan Tengah. foto: ist
Hampir setiap hari saya dapat telpon atau chat dari banyak pihak yang minta agar saya bisa bantu suplay sapi siap potong.
Untuk wilayah Jabodetabek minta ratusan ekor per hari, tapi saya angkat tangan karena kurangnya stok sapi.
Pealajaran di SD, idealnya konsumsi adalah 4 sehat 5 sempurna. Pelajaran ini berulang kali diberikan. Tentu bukan sekedar untuk diketahui, tapi untuk dilakukan. Diwujudkan. Karena dampaknya besar dan jangka panjang.
Biar bangsa besar ini ke depan pemiliknya sehat, cerdas dan bermamfaat, maka 4 sehat 5 sempurna itu harus mudah didapat dan terjangkau harganya.
Baca juga: Belajar Dari Gagalnya Peternak Sapi
Ini tugas negara, dengan partsipasi segenap warganya. Makin banyak tentu akan makin baik.
Buku Statistik Dalam Bisnis, di halaman pengantar berpesan "Jika Anda jadi pempimpin yang patut ditauladani, bekerjalah berdasarkan data dan tujuannya, demi perubahan data yang lebih baik. Bukan dasarnya bayang-bayang suka atau tidak suka, selera hati saja".
Sungguh, saya sebagai anak bangsa sangat resah saat mendengar dari seorang narasumber di sebuah webinar mengatakan bahwa indeks asupan daging sapi dan susu warga Indonesia terendah dibandingkan Singapura dan Malaysia, bahkan Vietnam sekalipun.
Seolah tidak tahu data BPS atau tahu data BPS tapi tidak mau tahu. Namun ke depan data ini harus berubah lebih baik lagi. Lihat, impor susu 78% dari total kebutuhan. Impor daging maupun sapi setara 1,5 juta ekor per tahun. Ini menguras sekitar Rp30 triliun devisa negara. Nilai ketergantungan impor makin besar.
Makin tidak habis pikir lagi saya. Saat sapi dan susu butuh perhatian serius, justru anggaran APBN di Kementan yang punya tupoksi soal pangan, malah mengalokasikan ke Porang dan Sarang Walet besar-besaran. Saya sebagai petani integrasi dengan ternak sapi merasa tidak pas. Apa dasar data kajian kebijakan itu?
Baca juga: Menghargai Kesempatan
Saya tahu diri, hanya seorang Pak Tani. Tapi suara Petani Peternak sesekali perlu disimak jika dasarnya data dan fakta, termasuk buah pikirnya demi perbaikan data di masa depan.
Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya. Itu amanah pada syair Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya".








Komentar Via Facebook :