Berita / Bisnis /
Raja Sawit, B30 Mah Geleng
Jakarta, Elaeis.co - Indonesia merupakan produsen terbesar kelapa sawit yang menguasai 55% pangsa pasar dunia. Komoditas lainnya, lewat.
Dari segi pemanfaatan lahan saja, kelapa sawit juga masih unggul dibandingkan komoditas pesaing lainnya.
Sebagai perbandingan, untuk menghasilkan 1 ton minyak sawit, hanya membutuhkan lahan 0,3 hektare, sedangkan rapeseed oil membutuhkan lahan seluas 1,3 hektare, sunflower oil seluas 1,5 hektare dan soybean oil seluas 2,2 hektare.
“Karena itu, pemerintah mendukung penuh program B30 pada 2021, dengan target alokasi penyalurannya sebesar 9,2 juta Kilo Liter," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam siaran persnya, Rabu (7/10).
Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilisasi harga CPO. Dengan kebijakan tersebut, target 23% bauran energi yang berasal dari Energi Baru Terbarukan bisa tercapai pada 2025 sebagaimana yang ditetapkan dalam Kebijakan Energi Nasional.
Kebijakan ini juga merupakan bagian dari upaya mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan rendah karbon.
Program B30 telah berkontribusi dalam upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) untuk sekitar 23,3 juta ton karbondioksida (CO2) pada tahun 2020.
Program ini juga berdampak positif pada penghematan devisa negara dengan pengurangan impor solar sebesar kurang lebih US$8 miliar.
"Jadi, ini semua juga sesuai dengan arahan dari Presiden Joko Widodo, bahwa keterbukaan dan kesiapan Indonesia, untuk mendukung investasi dan transfer teknologi termasuk investasi untuk transisi energi melalui pembangunan biofuel, industri baterai lithium, dan implementasi dari kendaraan listrik," ujarnya.
Airlangga bilang, keberhasilan uji terbang pesawat CN235-200 memakai bioavtur ini juga telah memberikan kepercayaan tinggi terhadap kemampuan Indonesia dalam memanfaatkan sumber daya domestik, khususnya minyak sawit untuk dimanfaatkan sebagai upaya membangun kemandirian energi nasional.
"Melalui terobosan ini, kita juga berharap berdampak pada pengurangan ketergantungan energi dari impor, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi," ujarnya.
Airlangga mengatakan, potensi pasar Bioavtur J2.4 juga sangat besar. Jika diduitkan, mencapai sekitar Rp1,1 triliun per tahun. Karena itu, inovasi ini perlu didukung dengan kebijakan fiskal, baik melalui kebijakan perpajakan maupun dana riset, dalam rangka peningkatan keekonomian Bioavtur J2.4 guna merealisasikan potensi ekonomi tersebut bagi pembangunan bangsa.
"Kedepannya kita juga berharap agar Bioavtur J2.4 ini juga dapat diujiterbangkan pada pesawat-pesawat komersial, sehingga potensi pasar bahan bakar hasil inovasi anak bangsa ini dapat terus dikembangkan," pungkasnya.
Komentar Via Facebook :