https://www.elaeis.co

Berita / Internasional /

BPDPKS Tebar Kebaikan Sawit di Glasgow

BPDPKS Tebar Kebaikan Sawit di Glasgow

Suasana di depan Paviliun Indonesia di lokasi acara COP26 di Glasgow, Scotlandia. foto: ist


Glasgow, elaeis.co - Urusan membela dan memajukan industri kelapa sawit, agaknya Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) tak perlu diragukan lagi. 

Sebab, lembaga yang dikomandani oleh Eddy  Abdurrachman ini tak hanya menggeber gimana caranya supaya sawit lebih produktif dan berkelanjutan lewat Peremajaan sawit Rakyat (PSR), tapi di even dunia, BPDPKS juga 'pasang badan'. 

Setelah tampil di Dubai Expo dua pekan lalu,  kini BPDPKS hadir pula di UN Climate Change Conference of the Parties (COP26) yang berlangsung di Glasgow Scotlandia hingga sepekan ke depan.

Di even yang juga dihadiri oleh Presiden Jokowi dan sejumlah menteri ini, Paviliun seluas 100 meter persegi berlantai dua sengaja disewa untuk hajat sawit itu. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) juga ikut di sana. 

"Paviliun ini berdekatan dengan United Kingdom (UK) Paviliun dan United Nations Framework Convention on Climate (UNFCCC) Paviliun. Jadi, sangat strategis lah. Di Paviliun ini kami lengkapi segala keterangan tentang kebaikan sawit, termasuk juga manfaatnya, baik dalam bentuk tulisan maupun audio visual," ujar Kepala Divisi Perusahaan BPDPKS, Achmad Mauli, kepada elaeis.co, Rabu pagi waktu setempat. Lelaki ini yang bertanggungjawab atas Paviliun itu. 

Sebelumnya kata Mauli, di Dubai Expo yang baru saja usai, BPDPKS juga melakukan hal yang sama. "Sawit adalah marwah bangsa, yang telah memberikan devisa terbesar. Tentu kita harus meluruskan apa yang tak baik yang dibilang orang selama ini," ujarnya. 

Meski sudah menyiapkan segala sesuatunya di Paviliun itu untuk ditengok banyak orang, tapi masih ada satu even puncak yang bakal digelar dua hari mendatang. Talkshow bertajuk; Program Biofuel Indonesia: Terdepan dalam Memberikan Dampak Positif pada Penurunan Emisi GRK dan Pembangunan Ekonomi. 

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) dilibatkan dalam acara live hybrid ini. Sederet nama sudah disiapkan untuk menjadi panelis dan moderator untuk acara yang bakal dihiasi dengan diskusi itu. 

Dr.Tatang Hernas Soerawidjaja dari Institut Teknologi Bandung (ITB) misalnya. Lelaki ini akan mempresentasikan Minyak Sawit Ajaib: Ilmu di balik penemuan biofuel dan Teknologi Masa Depan Bahan Bakar Biohidrokarbon Berbasis Minyak Sawit.

Lalu ada pula Dr. Musdhalifah Machmud. Perempuan ini mewakili Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengurai Program Biodiesel Wajib: Komitmen Pemerintah Indonesia dalam Mencapai Pembangunan Berkelanjutan dan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.

Dr. Dadan Kusdiana, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga terlibat di sana. Lelaki ini akan menyuguhkan tajuk; Minyak Sawit untuk Energi Terbarukan: Perspektif Kebijakan.

Paulus Tjakrawan, Wakil Ketua APROBI ini juga akan tampil memaparkan; Program Biodiesel Indonesia untuk Aksi Iklim.

Abdul Rochim. Dia mewakili Asosiasi Industri Kendaraan Bermotor Indonesia untuk ikut mewarnai suasana dengan paparan; Biofuel dari Minyak Sawit: Perspektif Industri Transportasi.

Mauli kembali cerita, ada sederet alasan kuat kenapa biodiesel menjadi usungan di COP26 itu. Pertama, Indonesia adalah satu-satunya negara yang paling tinggi bauran energi terbarukannya; mencapai 30% (B30). Sementara negara lain paling tinggi masih di B10. 

"Dari besaran bauran ini saja sebenarnya sudah kelihatan bahwa begitu besarnya komitmen Indonesia dalam menurunkan emisi meski Indonesia bukan penyumbang emisi besar," katanya. 

Yang kedua kata Mauli, lewat biodiesel ini, Indonesia ingin membuktikan kemampuannya untuk menghadirkan produk hilir.

"Dan ternyata, produk hilir ini tidak hanya memperluas pasar domestik tapi juga bisa menstabilkan harga Crude Palm Oil (CPO) lantaran tidak lagi sepenuhnya bergantung pada permintaan pasar ekspor," Mauli sumringah. 

Keuntungan berikutnya, biodiesel telah pula menghemat devisa negara lantaran tak lagi jor-joran mengimpor solar. 

"Ini nih yang paling penting lagi. Produk biodiesel dalam negeri yang mencapai 8,4 juta kiloliter pada tahun 2020 telah mampu mengurangi emisi sekitar 15% atau setara dengan 22,48 juta ton CO2," Mauli menegaskan.

"Kita belum memasukkan hitungan capaian serapan karbondioksida dan oksigen yang dihasilkan oleh kebun kelapa sawit lho. Sebab penelitian nyata-nyata menghasilkan bahwa sawit mampu menyerap karbon 65,4 ton per tahun dan menghasilkan oksigen 18,7 ton per tahun," tambahnya.   

Lagi-lagi Mauli mengurai bahwa di dalam negeri, sektor industri kelapa sawit telah memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia.

Melalui ekspor CPO dan turunannya, kinerja ekspor tahun lalu mencapai USD 24,2 miliar atau rata-rata 14,19% per tahun dari total nonmigas dan ekspor migas. 

Industri kelapa sawit ini juga telah menyumbang penerimaan negara berupa pajak dengan perkiraan antara Rp14 triliun hingga Rp20 triliun per tahun. 

"Kinerja ini menunjukkan betapa pentingnya industri kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia," ujarnya.

"Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, kami percaya, Indonesia tidak hanya akan menjadi penyedia minyak nabati mentah dunia, tapi pemerintah telah menerbitkan berbagai kebijakan untuk mendorong industri hilir agar memiliki nilai tambah," semakin dalam Mauli mengurai.

Dengan kebijakan itu katanya, komposisi ekspor minyak sawit Indonesia sudah didominasi oleh produk hilir sebesar 64% dan ekspor CPO tinggal 26%.

"Beginilah capaian yang ingin kita sampaikan kepada dunia. Bahwa Indonesia telah mampu meningkatkan kualitas lingkungan dan telah pula mampu mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs)," ujarnya.

Ke depan kata Mauli, capaian ini akan semakin baik lantaran PSR yang sudah berjalan selama ini akan mampu meningkatkan produksi tanpa harus memperluas lahan perkebunan lagi. Semoga... 


 

Komentar Via Facebook :