Berita / Sumatera /
Dua Distributor Besar Migor Disidak, Satu Stoknya Kosong
Medan, elaeis.co - Kelangkaan dan naiknya harga migor membuat Ombudsman Republik Indonesia (ORI) Perwakilan Sumut dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Wilayah I Sumatera bagian Utara melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke dua gudang distributor besar di Kota Medan, Jumat (25/2/2022) sore.
Kedua distributor itu yakni PT Aldoraya Lestari dan PT Alamjaya Wirasentosa. Menurut Kepala Ombudsman Sumut, Abyadi Siregar, dan Kepala Kanwil I KPPU, Ridho Pamungkas, Aldoraya adalah distributor migor produksi PT Wilmar Cahaya Indonesia (Wilmar Group) dan Alamjaya distributor migor produksi PT Salim Ivomas Pratama (Salim Group).
Di gudang milik PT Aldoraya Lestari didapati sejumlah migor beragam merek seperti Fortune dan Sania. Pihak distributor diketahui baru saja mendapat pasokan dari produsen sebanyak 2.000 karton pada hari Kamis (24/2/2022).
Saat sidak dilakukan, strok migor yang tersedia di gudang adalah 1.500 karton atau sebanyak 18.872 liter. Selain itu, ada pula 1.000 jerigen migor premium berukuran 20 liter yang masih dalam proses pendistribusian untuk disalurkan ke pasar tradisional dan modern.
Dalam kesempatan itu, Elys selaku Head Accounting PT Aldoraya Lestari menyebutkan tidak ada kendala dalam mendapatkan pasokan migor dari produsen. Mereka pun tidak punya kendala dalam proses distribusi ke pihak ritel.
Sementara terkait kebijakan refaksi atau pengurangan pasokan barang yang rusak, ia menyebutkan sejauh ini masih dalam proses penggantian dari Wilmar.
Kata Elys, pihak Wilmar selaku produsen masih melakukan pendataan kepada pelanggan untuk melihat sisa ketersediaan pasokan migor sebelum penerapan harga eceran tertinggi (HET) diberlakuan Menteri Perdagangan (Mendag) M Lutfi.
Saat sidak di gudang milik PT Alamjaya Wirasentosa, Ombudsman dan KPPU tak menemukan stok migor. Pihak distributor menyebutkan hal ini terjadi karena PT Salim Ivomas Pratama belum menyuplai migor selama dua pekan.
Sisa stok yang ada telah dikirim untuk memasok kebutuhan migor di ritel modern. Pihak distributor menyebutkan, terhambatnya pasokan migor terjadi sejak pemerintah menetapkan kebijakan satu harga dan penetapan HET.
"Karena keterbatasan pasokan tersebut, PT Alamjaya Wirasentosa melakukan batasan penjualan maksimal kepada customer. Yakni 5 karton untuk grosir, 2 karton untuk toko tradisional, 1 karton untuk toko kecil," kata Ridho Pamungkas kepada para wartawan seusai sidak.
Terkait migor dalam jerigen, Ridho mengatakan itu didistribusikan ke hotel, restoran, dan kafe sesuai dengan harga normal sekitar Rp 300 ribu per jerigen. Menurut dia, itu hal yang normal karena sesuai dengan kebutuhan pembeli.
"Tapi kita belum tahu juga, jangan-jangan ada juga kafe yang mengurangi pembelian yang 20 liter dan memilih mengumpulkan dari kemasan. Karena harganya lebih murah," sebutnya.
Untuk itu, langkah ke depan KPPU akan tetap bersinergi melakukan pengawasan dari produsen dan distributor.
Sementara Abyadi Siregar menyebutkan, pemantauan dilakukan di level distributor untuk memastikan bagaimana pasokan yang diterima oleh distributor dari produsen.
Selain itu, pihaknya pun ingin tahu bagaimana mekanisme distribusi dan harga dari distributor kepada pengecer. Pihaknya pun melakukan hal ini sebagai bentuk pengawasan terhadap kelancaran distribusi migor bagi masyarakat maupun kalangan industri.
"Nah hilangnya barang atau migor ini kan di level bawah. Apakah ini permainan di tingkat toko, kita masih belum tahu. Saya punya toko misalnya, mereka kasih barang 100 kotak, saya kan bisa bermain, contohnya saya jual ke industri, karena harga ke industri kan gak dipatok harus HET," tegas Abyadi.
Komentar Via Facebook :