https://www.elaeis.co

Berita / Bisnis /

Perdagangan Global

Ini Prediksi Negara Jiran Terkait Nasib Harga Minyak Sawit

Ini Prediksi Negara Jiran Terkait Nasib Harga Minyak Sawit

Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia, Yang Berhormat (YB) Datuk Hj. Zuraida Kamaruddin Sumber Foto: Edge Prop)


Kuala Lumpur, elaeis.co - Sepanjang bulan Maret dan April, harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (MSM/CPO) mengalami kenaikan yang fantastis.

Hal ini diungkapkan Menteri Perusahaan Perladangan dan Komoditi Malaysia, Yang Berhormat (YB) Datuk Hj. Zuraida Kamaruddin, Jumat (20/5/2022).

Dari pantauan elaeis.co, Senin (23/5/2022), pernyataan Zuraida itu diunggah oleh akun Twitter sebuah lembaga bernama Malaysian Palm Oil Green Conservation Foundation (MPOGCF).

Kata Zuraida, harga MSM sepanjang bulan April mencapai rata-rata RM 6.300 per ton, lebih tinggi dari prediksi para analis pasar minyak sawit dunia yang menyebutkan angka RM 4.300 ton.

Walau terhitung masih lebih rendah dibanding bulan Maret, Zuraida menyebutkan nilai penjualan MSM di bulan April bisa dibilang tetap tinggi bila dibanding periode sebelumnya.

Kata Zuraida, Malaysia memprediksi harga MSM tetap akan tinggi karena sejumlah faktor seperti sawit masih lebih kuat dalam persaingan melawan minyak nabati lainnya.

Kemudian, permintaan akan minyak sawit diprediksi tetap tinggi walau sempat mengalami penurunan selama beberapa waktu.

Uniknya, Zuraida menyebutkan hal ini justru termasuk dipengaruhi oleh Indonesia, produsen terbesar minyak sawit.

"Cabaran (tantangan -red) Indonesia untuk memenuhi keperluan domestik menunjukkan tingginya permintaan akan minyak sawit dalam perdagangan global," kata Zuraida.

Di samping itu, Zuraida mengatakan China sebagai pasar utama minyak sawit asal Malaysia memberikan pengaruh positif pada harga MSM.

China diketahui telah bersedia meningkatkan permintaan akan MSM  sampapi akhir tahun ini.

"Hal ini dilakukan seiring pulihnya China dari serangan pandemi Covid-19," kata Zuraida. Selain China, Uni Eropa diprediksi meningkatkan permintaan minya sawit dari Malaysia.

Kata Zuraida, hal ini terjadi karena pasokan minyak bunga matahari dan raphesed terganggu karena konflik antara Rusia dan Ukraina, dua produsen terbesar minyak non-sawit itu di benua biru.

Komentar Via Facebook :