Berita / Nusantara /
Ratusan Petani Komit Raih ISPO dan RSPO
Pontianak, elaeis.co - Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya seluruh anggota Koperasi SP1-SP10, Kecamatan Air Upas, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, membulatkan tekad akan membudidayakan sawit secara berkelanjutan.
Bentuk komitmen tersebut diwujudkan dengan pembentukan organisasi petani (group manager) menuju sertifikasi ISPO dan RSPO. Pembentukan tersebut bertempat di Kopbun Mitra Sejahtera (SP8) Desa Gahang, pada Sabtu 5 Februari lalu.
Salah satu staff FORTASBI yang melakukan pendampingan kepada petani, Tri Arianto, mengatakan, keikutsertaan petani dalam group manager didasari keinginan membuktikan bahwa program ini memang bertujuan mendorong peningkatan kesejahteraan petani sawit swadaya.
“Program kelapa sawit berkelanjutan diharapkan mampu memberi rasa adil dan transparan kepada petani, dan bisa meningkatkan kesejahteraan petani secara ekonomi, sosial, dan lingkungan,” katanya kepada elaeis.co, Selasa (8/2/2022).
Saat menyosialisasikan sertifikasi ISPO dan RSPO, Tri menyampaikan kepada petani bagaimana kontribusi yang diberikan sawit terhadap industri maupun devisi negara.
“Kita sampaikan bahwa kelapa sawit sangat banyak manfaatnya. Diantaranya sebagai sumber makanan, bahan baku oleochemical, bahan bakar, sumber minyak nabati terbesar, serapan tenaga kerja besar, serta dampak ekonomi luar biasa dari industri dari hulu hingga hilir,” bebernya.
Namun besarnya manfaat sawit tersebut terus dibayangi oleh isu negatif. Hal ini tentunya bisa menjadi penghambat bagi keberlangsungan industri ini. Untuk itu, katanya, perlu dilakukan langkah-langkah untuk memastikan industri kelapa sawit berkelanjutan.
“Isu yang kita hadapi misalnya soal tanah, aik mengenai lokasi, legalitas dan kepemilikan. Selanjutnya ada kecemburuan sosial dan konflik sosial, hak pekerja, perempuan dan perlindungan anak, perubahan dan kerusakan hutan atau deforestasi, pemanasan global, sampai isu stok karbon,” sebutnya.
Dia menekankan bahwa kelapa sawit sebenarnya nihil limbah jika dikelola dengan benar. “Sabut dan cangkang bisa jadi bahan baku boiler di pabrik, daun dan pelepah bisa jadi pupuk organik, batang pohon bisa menjadi bahan baku furniture, limbah cair setelah diproses bisa jadi pupuk organik dan bisa juga jadi biogas, janjang kosong juga bisa jadi pupuk. Semua termanfaatkan, nihil limbah kan?” ucap lulusan Universitas Jambi ini.
Kepada petani ia menjelaskan pula soal Prinsip Standar Petani Swadaya sebagai acuan bagaimana mengoptimalkan produktivitas, efisiensi, menjelaskan pentingnya aspek legalitas, penghormatan terhadap hak atas tanah, dan kesejahteraan masyarakat. Prinsip standar tersebut juga memberi panduan bagaimana penghormatan terhadap HAM, termasuk hak dan kondisi pekerja, serta bagaimana melindungi, melestarikan, dan meningkatkan ekosistem dan lingkungan.
“Prinsip tersebutlah yang akan menjadi tonggak dasar mendapatkan sertifikasi ISPO dan RSPO. Sehingga isu-isu negatif soal kelapa sawit dapat diatasi dan tidak menjadi momok bagi petani kelapa sawit,” tukasnya.
Komentar Via Facebook :