https://www.elaeis.co

Berita / Nusantara /

Saat Kantong Penuh, Petani Sawit Diminta Ingat Sejarah

Saat Kantong Penuh, Petani Sawit Diminta Ingat Sejarah

Petani sawit di Bayung Lencir menimbang hasil panen (Dok./Adin Salihin)


Jakarta, Elaeis.co - Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit melewati Rp 3.400/kg. Ini merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah industri kelapa sawit nasional. 

Namun petani diminta tak terlena dengan mahalnya harga saat ini. Petani justru diminta untuk memanfaatkan keuntungan dari mahalnya harga sawit untuk kegiatan yang produktif. 

Ekonom Gunawan Benjamin mengatakan, kenaikan harga sawit saat ini merupakan kabar baik di tengah melambatnya laju perekonomian akibat pandemi Covid-19.

Ada banyak sentimen yang membuat harga sawit mengalami kenaikan. Mulai bergeliatnya perekonomian dunia sehingga membuat konsumsi CPO mengalami kenaikan. Kenaikan harga sawit ini tentunya seirama dengan kenaikan harga minyak sawit mentah (CPO) di pasar global.

Selain itu, produktivitas panen sawit juga sedang menurun dikarenakan faktor musiman. Hingga pemicu lainnya yakni kenaikan harga komoditas energi lain.

"Ini berkah buat petani sawit kita. Tapi harus dimanfaatkan untuk hal yang produktif. Seperti memperbaiki cash flow rumah tangga para petani kita. Memperbaiki kondisi tanaman sawit, bisa dari pemupukan, atau perawatan lainnya. Bukan justru konsumtif," katanya, dikutip IDXChannel.

Petani, kata Gunawan, jangan pernah melupakan satu hal. Yakni harga sawit pernah turun hingga di bawah Rp 1.000/kg. Seperti pada pertengahan 2019 lalu, di mana harga TBS di tingkat petani sempat di angka Rp 700/kg.

"Jadi manfaatkan kenaikan harga TBS saat ini untuk keperluan yang sifatnya produktif. Karena sejarah bisa terulang kapan saja. Meskipun saat ini saya yakin harga TBS masih akan mahal, setidaknya hingga penutupan akhir tahun 2021," tukasnya. 

Terlebih, kata Gunawan, saat ini dunia juga tengah dalam ketidakpastian. Covid-19 masih menjadi masalah utama yang membuat banyak negara memilih untuk menutup wilayahnya. Masih ada ketegangan dan memburuknya hubungan politik, musim dingin yang akan usai, stagflasi yang terjadi di China juga bisa memperburuk harga CPO nantinya. 

Kemudian masalah perubahan iklim dan badai La Nina yang masih mengancam kegiatan produksi pertanian dunia. 

"Jadi jangan terlena. Petani harus pintar dalam mengelola uang yang saat ini tengah melimpah akibat kenaikan harga sawit. Kita harus benar-benar bersiap, dengan segala bentuk ancaman yang bisa merontokan harga TBS nantinya. Meskipun saat ini kita tetap optimis harga TBS masih akan bertahan mahal," tandasnya.  


 

Komentar Via Facebook :