Berita / Iptek /
Tudingan Sawit Sebagai Penyebab Utama Tingginya Emisi Karbon Dibantah Penelitian IPB
Jakarta, elaeis.co - Industri kelapa sawit kerap dituding menjadi salah satu penyebab utama tingginya emisi karbon di Indonesia. Hal ini tak lepas dari klaim Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), bahwa 10% emisi global dihasilkan oleh efek gas rumah kaca dari degradasi atau pembukaan lahan.
Di tahun 2017, Parlemen Eropa mengeluarkan resolusi untuk mengeluarkan minyak sawit dari rantai pasok bahan bakar terbarukan karena dituding menjadi penyumbang gas emisi tertinggi dari konversi lahan. Hal ini dinilai dapat berpotensi menurunkan sekuestrasi dan meningkatkan emisi karbon.
Tapi tudingan ini dibantah oleh Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Supiandi Sabiham. Menurutnya, kelapa sawit memiliki peran penting dalam memitigasi dampak perubahan iklim karena memiliki siklus hidup yang lebih lama dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
"Emisi kelapa sawit di Indonesia sangat rendah, yaitu 20-25 ton CO2 ekuivalen per hektar dalam satu tahun," sebutnya dalam keterangan resmi dikutip Senin (7/10).
Dia menegaskan, tudingan bahwa sawit sebagai penghasil emisi besar hanyalah kampanye negatif negara barat untuk menjatuhkan industri kelapa sawit.
“Beberapa penelitian mengatakan perkebunan sawit menghasilkan 90 ton CO2 per hektar per tahun, menurut saya itu tidak realistis. Metode penelitian yang mereka gunakan terlalu banyak asumsi sehingga tidak akurat,” jelasnya.
Dari hasil penelitian rerata emisi CO2 netto dibandingkan dengan jumlah yang diemisikan dari permukaan gambut, dapat dikemukakan bahwa terdapat penurunan yang cukup besar terkait dengan CO2 yang diemisikan ke atmosfir. Hal ini disebabkan karena adanya penyerapan kembali oleh tanaman.
“Artinya ada kontribusi tanaman sawit yang diusahakan terhadap penurunan emisi CO2 netto, baik tingkat lokal maupun nasional,” paparnya.
Supiandi merupakan ketua tim penelitian Uji Faktor Emisi Perkebunan Sawit yang dilakukan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB) di PT Kimia Tirta Utama (KTU) di Riau pada tahun 2018 hingga 2020.
Saat ini, IPB bersama Universitas Lampung (Unila) kembali melakukan uji coba serupa di PT Persada Dinamika Lestari (PDL) di Kalimantan Selatan sebagai representasi wilayah lain. Kalimantan Selatan dikenal sebagai salah satu sentra sawit di Indonesia.
Penelitian yang diketuai oleh Dr Heru Bagus Pulunggono ini menjadi salah satu representasi untuk Pulau Kalimantan sebagai uji multilokasi faktor emisi lahan gambut Indonesia untuk budidaya kelapa sawit.
“Penelitian yang serupa dengan di Riau sedang dilaksanakan di PT PDL dengan metode yang sama. Bedanya hanya lokasi, dan juga kami mengembangkan model estimator emisi CO2 berbasis kecerdasan buatan (AI) dan machine learning bersama tim dari Unila,” jelas Heru.
Penelitian yang dibiayai oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) ini menggunakan metode penelitian data dan pengukuran langsung di lapangan.
Adapun titik penilitian yang telah dilakukan dapat mewakili area Riau dan Kalimantan. Hasil penelitian ini menjadi salah satu bukti ilmiah yang menunjukkan komoditas sawit tidak menyebabkan kerusakan lingkungan seperti yang dituduhkan.
Komentar Via Facebook :