Berita / Serba-Serbi /
Limbah Pabrik Sawit Jadi Sumber Energi Industri
Jakarta, elaeis.co - PT Perkebunan Nusantara III (Persero) (PTPN III) dan Pertamina NRE (PNRE), Subholding Gas Pertamina melalui afiliasinya PT Pertagas Niaga, menandatangani kerja sama penyediaan compressed biomethane bagi sektor industri.
Compressed renewable gas diyakini bakal memberi kontribusi yang signifikan dalam mendukung transisi energi di Indonesia untuk mewujudkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).
Penandatanganan dilakukan oleh CEO PNRE Dannif Danusaputro, Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani, dan President Director PT Pertagas Niaga Aminuddin disaksikan oleh Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury dan Direktur Strategi Portfolio dan Pengembangan Usaha Pertamina A Salyadi Dariah Saputra.
Kerja sama tersebut mencakup pengembangan fasilitas produksi biomethane di mana PTPN III akan menyuplai bahan baku berupa limbah cair kelapa sawit atau palm oil mill effluent (POME) yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit (PKS) di Bah Jambi, Sei Silau, dan Sei Meranti. POME diolah menjadi biogas dan kemudian dilakukan pemurnian dan dikompresi menjadi compressed biomethane di plant milik PNRE.
Pertagas Niaga membeli compressed biomethane dari PNRE dengan total volume mencapai 300 MMBTU/hari per lokasi PKS. Pada tahap pertama, compressed biomethane ini akan disuplai untuk memenuhi kebutuhan industri di wilayah Sumatera Utara. Penggunaan compressed biomethane ini mendukung dan mendorong tercapainya nett zero emission tahun 2060 atau lebih cepat.
“PNRE merupakan ujung tombak Pertamina dalam melakukan transisi energi. Kami fokus pada bisnis energi bersih. Kami sangat antusias dengan kerja sama antar BUMN dalam penyediaan gas dari sumber energi terbarukan ini. Sinergi ini bagian dari upaya transisi energi yang dilakukan BUMN,” jelas Dannif melalui keterangan resmi Kementerian BUMN.
Abdul Ghani menilai kerja sama itu sejalan dengan program stategis PTPN yang juga ditetapkan sebagai Program Strategis Nasional (PSN).
"PTPN III (Persero) selaku Holding BUMN Perkebunan mencanangkan program Akselerasi Pengembangan EBT melalui pengembangan pabrik BioCNG berbasis limbah cair kelapa sawit," katanya.
Aminuddin menargetkan pengaliran compressed renewable gas ke industri mulai dilakukan pada triwulan ketiga 2023.
"Kami akan memberikan suplai kontiniu untuk industri dalam negeri yang menggunakan energi terbarukan dan ramah lingkungan,” jelasnya.
"Ini adalah terobosan bagi Pertagas Niaga karena untuk pertama kalinya akan memasok industri dengan gas non-fosil," tambahnya.
Pemanfaatan compressed biomethane, selain berkontribusi bagi lingkungan, juga diharapkan mampu mengurangi impor LPG sehingga membantu penghematan keuangan negara.
Sumber bahan baku untuk memproduksi compressed biomethane di Indonesia sangat beragam. Sebagai negara penghasil minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) terbesar, Indonesia mempunyai potensi besar untuk memanfaatkan limbah CPO dan juga limbah pertanian serta limbah peternakan lainnya untuk menjadi biogas maupun biometan sebagai energi terbarukan.
Komentar Via Facebook :