Berita / Bisnis /
Rektor IPB Bicara Manfaat Sawit dan Tantangan Bisnis Internasional
Pekanbaru, Elaeis.co - Dewasa ini, peranan kelapa sawit bagi kehidupan justru semakin kental. Bahkan menurut Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Arif Satria, kelapa sawit akan terus memberikan peranan penting bahkan khusus dalam sektor energi
"Sawit bukan hanya sekedar produk pangan. Tapi juga kosmetik bahkan hingga energi," kata Prof Ali dalam gelaran workshop kajian IPB yang gelar secara virtual, diikuti Elaeis.co, Rabu (22/12) kemarin.
Dalam gelaran bertema Dialog Kebijakan Tata Kelola Perkebunan Untuk Meningkatkan Kredibilitas dan Keberterimaan Kelapa Sawit Indonesia di Pasar Internasional itu Arif menjelaskan saat ini banyak sekali produk yang dapat di dari taman kelapa sawit. Dari limbahnya saja dapat diolah menjadi helm, baju, bahkan rompi anti peluru.
"Ada juga yang dimanfaatkan untuk memproduksi gula merah. Dan ini bukan dari buah sawitnya tapi baru sekedar limbahnya," katanya.
Untuk itu, dirinya menganggap penting dialog-dialog terkait kelapa sawit terus digalakkan. Malah IPB akan terus berkomitmen dalam mendukung peranan kelapa sawit berkelanjutan. Tentu juga dalam upaya berbenah dalam sistem pengelolaannya.
"Ini juga upaya kita membela Indonesia terhadap negara-negara Eropa. Kemarin kita juga sudah sampaikan kepada 11 duta besar negara Eropa di Jambi," tuturnya.
Kendati demikian terdapat beberapa tantangan di sektor perkebunan kelapa sawit ini. Seperti di sampaikan Deputi II Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, Dr Ir Musdhalifah Machmud. Misalnya dari produktivitas. Produktivitas CPO rata-rata hanya 3,8 ton/hektar dalam satu tahunnya. Padahal potensinya dapat mencapai 6-8 ton/ha setiap tahunnya.
"Kita juga dihadapkan dengan black Champaign dengan mengangkat isu deforestasi, kerusakan lingkungan hingga isu kesehatan," ujarnya dalam gelaran bertajuk 'Dialog Kebijakan Tata Kelola Perkebunan Untuk Meningkatkan Kredibilitas dan Keberterimaan Kelapa Sawit Indonesia di Pasar Internasional'.
Selanjutnya terindikasinya perkebunan kelapa sawit masuk dalam kawasan hutan juga menjadi penghambat pengembangan tadi. Ia merinci ada sekitar 3 juta hektar perkebunan sawit masuk dalam kawasan hutan se-Nusantara.
Kemudian legalitas dan perizinan juga masih belum maksimal. Masih banyak kebun yang belum miliki legalitas seperti SHM, HGU, dan STDB.
"Gangguan usaha dan konflik juga masih terjadi. Harmonisasi PBS/PBN dengan perkebunan rakyat menurunkan provitas," tuturnya.
Selanjutnya, adanya hambatan akses pasar di beberapa negara tujuan ekspor juga berpengaruh. Misalnya lantaran tarif bea masuk yang tinggi, kebijakan anti dumping, food safety, due diligence, RED II dan sebagainya
Bukan hanya di situ, hilirisasi pengembangan produk turunan CPO saat ini juga belum optimal. Sementara dari sisi energi potensi sumber daya belum tergarap optimal untuk menghasilkan energi.
Komentar Via Facebook :