https://www.elaeis.co

Berita / Nasional /

Indonesia Kini Punya Teknologi Pilot Plant Fraksionasi Tankos Sawit dan Didukung Penuh BPDPKS

Indonesia Kini Punya Teknologi Pilot Plant Fraksionasi Tankos Sawit dan Didukung Penuh BPDPKS

Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menginisiasi pengoalahan biomassa sawit, termasuk melalui penciptaan alat yang disebut pilot plant fraksionasi u


JAKARTA, elaeis.co - Upaya untuk menciptakan berbagai produk turunan dan berbilai ekonomis dari kelapa sawit, termasuk yang berbahan biomassa, terus dilakukan oleh berbagai pihak di Indonesia.

Salah satu pihak yang melakukannya, seperti dikutip elaeis.co, Jumat (20/9/2024), adalah dari pihak pemerintah sendiri, dalam hal ini Direktorat Jenderal (Ditjen) Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Direktur Jenderal (Dirjen) Industri Agro, Putu Juli Ardika, mengatakan bahwa upaya menciptakan berbagai produk hilir berbahan sawit sesuai dengan amanat Presiden Joko Widodo (Jokowi) sendiri.

Karena itu, kata dia, Kementerian Perindustrian senantiasa konsisten mendukung penumbuhan industri hilir, pengolahan sumber daya alam (SDA), serta menciptakan industri hijau yang ramah lingkungan, dan lestari berkelanjutan. 

“Salah satu upaya konkret adalah pemanfaatan produk samping tandan kosong atau tankos kelapa sawit menjadi aneka produk hilir bernilai tambah tinggi,” ujar Putu Juli Ardika. 

Putu menyampaikan, pengolahan biomassa tersebut sebagai sumber daya industri menjadikan posisi tankos sawit menjadi naik kelas, dari yang semula dianggap sebagai limbah, menjadi produk samping bernilai ekonomis dan potensial. 

“Dengan teknologi enzymatic, tankos sawit yang semula tidak diinginkan karena dapat menjadi tempat bertumbuhnya hama penyakit kelapa sawit, dapat diolah menjadi produk industri biokimia untuk substitusi impor," kata Putu.

"Tankos sawit juga bisa digunakan untuk memproduksi bioethanol, asam-asam organik, dan bahan kimia bernilai tambah lainnya,” jelas Putu Juli Ardika. 

 

Ia mengungkapkan, salah satu inovasi pengelolaan biomassa sawit yang diinisiasi Kementerian Perindustrian (Kemenperin)  adalah pengembangan teknologi fraksionasi tankos menjadi aneka prekursor bahan kimia terbarukan, yaitu glukosa, xylosa, dan lignin. 

Prekursor itu, Putu menjelaskan, adalah bahan baku dasar untuk menghasilkan aneka produk kima berbasis nabati yang menjadi kunci penumbuhan hilirisasi industri.

Untuk mendukung semua itu, Putu menyebutkan, Kemenperin telah memiliki pilot plant fraksionasi tankos sawit yang berkapasitas satu ton biomassa per hari.

Pilot plant itu, kata dia, digunakan untuk mendukung penumbuhan industri bioethanol, industri asam organik, dan prekursor bioplastik atau biopolimer yang bernilai tambah tinggi. 

"Fasilitas pilot plant ini merupakan sebuah kolaborasi yang apik antara Kemenperin dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan PT Rekayasa Industri," ungkap Putu Juli Ardika.

"Fasilitas tersebut sepenuhnya atas pendanaan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), dan telah diresmikan oleh Menteri Perindustrian, Bapak Agus Gumiwang Kartasasmita, pada tanggal 8 Agustus 2024 yang lalu," ia menambahkan.

Putu menjelaskan, fraksionasi tankos menghasilkan glukosa dan xylosa yang dapat diaplikasikan secara luas dalam industri, termasuk untuk produksi bioethanol, pakan ternak, dan bahan baku untuk pembuatan plastik. 

Selain itu, ujarnya lagi, lignin yang diperoleh dari proses ini dapat digunakan dalam industri kertas, biokomposit, dan sebagai bahan bakar alternatif.

 

“Dengan mengolah biomassa sawit menjadi bahan baku yang berguna, kita sudah bisa menciptakan nilai tambah bagi industri kelapa sawit," tutur Putu lebih lanjut.

"Di samping itu, pengolahan biomassa sawit ini juga mendukung upaya pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca atau GRK," beber Putu.

Menurutnya, inovasi berbahan kelapa sawit ini sudah sejalan dengan komitmen dari pemerintah yang berupaya untuk menuju kebijakan industri nasional yang berkelanjutan dan pro-lingkungan.

Pihaknya melihat bahwa inovasi dalam pengelolaan biomassa sawit ini tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi, tetapi juga meningkatkan keberlanjutan sektor perkelapasawitan di Indonesia.

"Dengan memanfaatkan limbah sebagai sumber daya, diharapkan industri kelapa sawit dapat bertransformasi menjadi lebih efisien dan ramah lingkungan," tegas Putu Juli Ardika.

Komentar Via Facebook :