Berita / Feature /

GIMNI: Buat Jaga-jaga, Lakukan Panca Krida

GIMNI: Buat Jaga-jaga, Lakukan Panca Krida

Seorang pekebun sedang mengumpulkan hasil panen kelapa sawitnya. foto: ist


Jakarta, elaeis.co - Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Riau kembali menghembuskan kabar baik kepada pekebun kelapa sawit kemarin. 

Lagi-lagi harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit pada semua kelompok umur, naik lagi. 

Kenaikan harga tertinggi berada pada kelompok umur 10-20 tahun; Rp118,98 perkilogram. Ini berarti harga sepekan ke depan menjadi Rp2.762,70 perkilogram atau naik 4,50%. 

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Disbun Riau, Defris Hatmaja, mengatakan kalau harga sepekan ke depan itu menjadi harga tertinggi dalam sejarah perkelapasawitan di Riau.  

Hanya saja Defri tidak merinci faktor eksternal apa saja yang membikin harga TBS itu sejak sebulan belakangan terus menanjak hingga di level 21,39%. 

Dia cuma bilang bahwa trend bullish --- sinyal pergerakan harga sedang naik --- menjadi musababnya. 

Direktur Ekesekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, mahfum kalau trend harga TBS kelapa sawit cenderung naik lantaran harga minyak sawit hingga akhir tahun masih bertengger di level Rp11.500 perkilogram.

Baca juga: Kado HUT Riau Ke-64, Harga Sawit Tembus Rp 2.762 Per Kilo 

"Baguslah pekebun menikmati harga bagus itu. Saran saya, mulai awal bulan depan, ada baiknya pekebun bergegas melakukan revitalisasi tanaman biar ke depan bisa lebih produktif, bisa menghasilkan 20 ton per hektar per tahun," pinta lelaki kelahiran Nainggolan Samosir Sumatera Utara (Sumut) ini saat berbincang dengan elaeis.co, kemarin. 

Adapun langkah-langkah revitalisasi itu kata ayah tiga anak ini antara lain, pertama, pekebun musti mengusahakan agar dalam setiap hektar, jumlah pohon kelapa sawit mencapai 135-140 batang.

"Jadi, kalau jumlah pokok tanaman belum segitu, segera sisip dengan tanaman baru. Kedua, kalau pekebun menanam tanaman baru, pastikan bahwa tanaman yang ditanam berasal dari benih bersertifikat," lelaki 75 tahun ini mengingatkan.

Lalu, yang ketiga, lakukan pemupukan yang benar dan lengkap dengan dosis 8-10 kilogram pupuk per pohon per tahun. Dosis ini dibagi dalam dua kali memupuk selama setahun itu. 

"Keempat, hindari pohon-pohon kelapa sawit dari rerumputan yang berpotensi menumpang  (menghabiskan) pupuk. Terakhir, saat panen, pelepah dilepas dari pohonnya dan ditaruh di sekitar pohon untuk "mulching" atau pemulsaan --- penambahan bahan organik mentah di permukaan tanah," panjang lebar sahat mengurai.
 
Bagi jebolan teknik kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) ini, cara-cara tadi dia sebut sebagai Panca-Krida. 

"Ingat, pohon kelapa sawit itu adalah benda hidup. Kalau dipelihara dengan baik, maka dia akan tertawa dan lalu memberikan buah yang banyak," ujar lelaki ini tertawa.   

Jadi, kalau misalnya harga TBS Kelapa Sawit terjungkal di awal tahun depan kata Sahat, pekebun sudah siap menghadapi 'badai' yang ada meski margin masih berada di level yang bagus walau harga minyak sawit melorot di angka Rp8.100 per kilogram.

Adapun faktor-faktor yang membikin harga itu melorot kata Sahat antara lain oleh covid-19 yang mulai mereda yang membuat aktivitas menanam minyak rapeseed, soybean dan sunflower kembali semarak. 

Kesemarakan itu tentu akan membikin produksi minyak nabati meningkat. Dengan begitu, terjadilah hukum alam; "Supply vs Demand" yang akan selalu seimbang.


 

Komentar Via Facebook :